Senin, 10 Januari 2011

rangkuman bab 3 aep hidayat 10210240 1EA19


KONSEP ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN
A.  Pendekatan kesusastraan
IBD yang dulu mempunyai nama Basic Humanities, yang berasal dari bahasa inggris the humanities. Istiloah ini berasal dari bahasa latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus.untuk menjadi homo humanus, manusia harus mempelajari ilmu the humanities. Pada umumnya the humanities mencangkup filsafat, teologi, seni dan cabang-cabangnya termasuk sejarah, sastra, cetrita rakyat, dan sebagainya.
IBD adalah salah satu mata kuliah yagn diberikan dalam satu semester, sebagai bagian dari MKDU. IBD semata-mata sebagai salah satu usaha yang mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya.
B.   Ilmu budaya dasar yang dihubungkan dengan prosa
Istilah ini banyak padanannya. Kadang disebut juga narrative fiction, prosa fiction atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemerran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru :
A.     Prosa lama meliputi
1.      Dongeng-dongeng
2.      Hikayat
3.      Sejarah
4.      Epos
5.      Cerita pelipur lara
B.     Prosa baru meliputi
1.      Cerita pendek
2.      Roman/novel
3.      Biografi
4.      Kisah
5.      Otobiografi
C.   Nilai – nilai dalam prosa fiksi
Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra ( prosa fiksi ) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan kata lain prosa mempunya bnilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra. Adapun nilai-nila yagn diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
1.      Prosa fiksi memberikan ketenangan
2.      Prosa fiksi memberikan informasi
3.      Prosa fiksi memberikan warisan cultural
4.      Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan
D.  Ilmu budaya dasar yang dihubungkan dengan puisi
Puisi termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian, dan kesenian cabang/unsure dari kebudayaan. Jadi makna puisi berarti ekpresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan tuhan melalui media bahasa yang artistic/estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya. Kepuitisan, Keartistikan atau Keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan mengunakan :
1.      Figura bahasa ( figurative language ) seperti gaya personifikasi, metafora,  perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik, dan member kejelasan gambaran angan.
2.      Kata-kata yagn ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3.      Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4.      Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5.      Pengulangan, yagn berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yagn dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
Adapun alasan-alasan yagn mendasari penyajian puisi pada perkuliahan ilmu budaya dasar adalah sebagai berikut :
1.      Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
2.      Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual
3.      Puisi dan keinsyafan social

Secara imaginative puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia social yang bisa berupa :
·         Penderitaan atas ketidak adilan
·         Perjuangan untuk kekuasaan
·         Konflik dengan sesamanya
·         Pemberontakan terhadap hokum tuhan
Puisi-puisi umumnya sarat akan nilai-nilai, estitika dan juga kemanusiaan. Salah satu nilai kemanusian yang banyak mewarnai puisi-puisi adalah cinta kasih ( yang terpaut didalamnya kasih sayang, cinta, kemesraan dan renungan ). Berikut contohnya :
Kami duduk berdua
Dibangku halaman rumah
Pohon jambu dihalaman itu
Berbuah dengan lebatnya
Dan kami senang memandangnya
Angin yang lewat
Memainkan daun yang berguguran
Tiba-tiba ia bertanya :
“mengapa sebuah kancing bajumu lepas terbuka ?”
aku hanya tertawa
Lalu ia semangatkan dengan mesra
Sebuah peniti menutup bajuku
Sementara itu
Aku bersihkan
Guguran bunga jambu
Yang mengotori rambutnya

Dan coba perhatikan kutipan prosa dan ini :
            Menembus waktu
Rasanya aku pergi masih sore, tadinya sudah kurencanakan siang hari tapi ada-ada saja halangannya, pukul 5 baru aku pulang ke rumah. Tapi tak mengapa, kata teman-teman kalo mau berobat lebih baik agak lambat karena kalo sore-sore banyak pasien sehigga kita harus lama sekali menunggu.
Sambil menunggu sholat maghrib, sebelum berangkat ke rumah sakit aku membaca dulu sambil tiduran. Dan aku tertidur entah berapa lama. Tanpa melihat dulu jam ketika bangun, aku langsung pergi ke rumah sakit untuk menemui dokter yang kata teman-teman hari ini buka praktek di rumah sakit perkebunan.
Aku menolak tawaran haris yang bersedia mengantar aku, ah..terlalu banyak kebaikan yang diberikiannya kepadaku. Entah dengan apa aku membalasnya. Aku belum mengerti akan sikap orang yang satu ini. Padahal tiga tahun lalu aku pernah menyakiti hatinya, menolak cintanya yang tulus. Dan aku memilih satu diantara saingannya.
Tetapi walaupun begitu haris tidak pernah merasa sakit hati malahan ketika aku hendak melangsungkan pernikahan dengan farid ia mau membantu segala macam persiapan. Ketika acara pernikahan itu tidak biasa dilangsungkan karena farid meninggal tabrakan haris selalu menghiburku. Bahkan ketika aku sudah tidak tahan lagi tinggal di kotaku, haris pulalah yang menawarkan jasanya member petunjuk supaya aku pindah saja dari kampung halamanku. Ia mencarikan pekerjaan untukku, dan pindahlah aku berkerja di kota sukaresik ini. Walaupun selama ini ia tidak pernah lagi menyinggung  soal cintanya yang dulu pernah di utarakannya padaku, namun aku mengerti aka isi hatinya. Dan sayangnya sampai sekarang aku hanya menganggap dia sebaagi kakak dan tidak lebih dari itu.
Aku lupa memakai jam tanganku, sehingga aku tidak tahu pukul berapa saat itu. Aku meluncur dengan motorku menembus kegelapan malam. Udara sangat dingin, tapi aku yakin sekali hari masih sore, baru kira-kira pukul setengah tujuh. Tepat sekalia kalo aku datang jam-jam segini, karena kemungkinan pasien sudah tidak begitu banyak.
Pernah sekali aku lewat didepan rumah sakit itu ketika jalan-jalan bersama haris. Rumah sakit itu tidak begitu besar, tapi keadaannya masih baik, walaupun bangunannya sudah sangat begitu tua. Sudah mengalami beberapa perbaikan rupanya, karena menurut cerita haris, rumah sakit itu dibangun sekitar tahun 1900. Dan itu lah sebabnya bangunan rumah sakit itu kelihatan sangat angker ditambah lagi pohon-pohon besar disekelilingnya.
Ketika aku lewat seminggu yang lalu rumah sakit itu sangat terlihat sepi, hanya satu-dua orang yang datang berobat. Tapi entahlah  kalau memang pada hari itu dokternya sedang tidak praktek. Kata ibu sebelah rumahku, dokter rumah sakit itu datang seminggu dua kali. Aku lupa menanyakan siapa nama dokternya. Yang aku tahu, dokter itu praktek pada hari senin dan kamis. Kebetulan hari itu kamis malam jum’at.
Jalanan yang ku lewati sepi sekali, namun aku tidak merasa takut. Kukira rumah sakit juga masih ramai seperti yang diceritakan bu ritno.  Katanya kalau ada praktek pasti pasienya banyak bahkan sering sampai jauh malam.
Aku merasa heran, mengapa masih sore begini, keadaan jalan sunyi sekali. Hanya sebelum masuk kompleks perumahan saja ramai. Disana masih banyak bis-bis malam yang lewat. Dan jalan kecil yang kulalui ini begitu sunyi tidak ada sebuah kendaraanpun yang berpapasan denganku.
Agak meremang bulu kudukku tadi ketika mulai memasuki kompleks perumahan itu, karena dikiri kanan jalan yaitu disela-sela bangunan tua tumbuh pohon-pohon raksasa menjulung tinggi sehingga bulan penuh yang menyinari pohon-pohon membuat bayangn hitam pada rumah-rumah.
Diambil dari novel “Menembus Waktu” Bab 2
Oleh : Yati Sadeli
Bonus majalah kartini no 284
Prosa iini menggambarkan hubungan :
1.      Manusia dan harapan
2.      Manusia dan cinta kasih


seni batik


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e7/Batik_Indonesia.jpg/220px-Batik_Indonesia.jpgARTIKEL KEBUDAYAAN

BATIK

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut. Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik".

1.    Sejarah teknik batik

Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.
Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an. Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa,
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik bersama mereka.

2.    Budaya batik

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini.
Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun,
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.

3.    Corak batik

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix.
Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing daerah.

4.    Cara pembuatan

Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain.
Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.

5.    Jenis batik

1.     Menurut teknik

  • Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
  • Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari
2.      Menurut asal pembuatan

·        Batik Jawa

Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo.

suku sunda


Artikel Kebudayaan
Suku Sunda
Suku Sunda adalah suatu suku etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa,
Indonesia, dari Ujung Kulon yang berada di ujung barat pulau Jawa sampai sebagian
Jawa Tengah. Suku bangsa yang ada di Indonesia terdapat di provinsi ini. 65% penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda yang merupakan penduduk asli provinsi ini. Suku lainnya adalah
Suku Jawa yang banyak dijumpai di daerah bagian utara Jawa Barat.
KEBUDAYAAN SUKU SUNDA
Kebudayaan Sunda merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan
bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu dilestarikan. Maka dari itu saya akan mendeskripsikan kebudayaan tersebut.
1.     SISTEM KEPERCAYAAN
Hampir semua orang Sunda beragama Islam. Hanya sebagian kecil yang tidak
beragama Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal di Banten mereka lebih banyak percaya kepada alam sekitarnya.
Tetapi juga ada yang beragama Katolik, Kristen, Hindu, Budha. Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih dilakukan. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk
memelihara keseimbangan alam semesta.
Keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling memberi (gotong royong).
Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda, adalah cerita Lutung Kasarung,
salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang Tunggal yang menitiskan sebagian kecil diriNya ke dalam dunia untuk memelihara kehidupan manusia. Dan ini mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan kabar baik kepada mereka.
2.     MATA PENCAHARIAN
Suku Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atau
hidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Maka dari itu mereka semua hidup bersama-sama terus menerus sampai seterusnya. Tetapi ada pula yang mengajak sanak keuarganya untuk pergi bersama-sama ke kota besar tempat dia tinggal.
3.     KESENIAN
sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk hajatan. Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus seperti, menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan hari- hari besar lainnya.
Dan tarian tradisional suku sunda adalah jaipong, tari jaipong biasanya di adakan pada acara-acara pernikahan atau acara-acara besar yang di adakan oleh pemeritahan. Tarian ini sangat disukai oleh masyarakat sunda apalagi kaum pria dewasa.

wayang golek


Mengenal Budaya dan Sejarah Wayang GolekARTIKEL KEBUDAYAAN WAYANG GOLEK

Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar.

1.    Asal muasal wayang golek
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari.
Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun `wayang purwo` sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu. Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.
Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).


2.    Jenis-jenis wayang golek 
Ada tiga jenis wayang golek, yaitu:
·        Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon.
·        Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai.
·        wayang golek modern seperti wayang purwa ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern. Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar tahun 1970--1980.
3.    Pembuatan

Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.

4. Nilai Budaya
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan "Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa Barat".


Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain sebagai berikut:
1.      Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya.
2.      Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi contoh, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku.
3.      Juru penerang. Karena itu diwajibkan menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara bangsanya kepada masyarakat.
4.      Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala masalah.
5.      Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan masyarakat.
6.      Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga kepribadian sendiri dan bangsa.
7.      Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-istiadat bangsa.


pencak silat


ARTIKEL ILMU BELA DIRI
PENCAK SILAT
Apakah anda pernah melihat betapa indahnya gerakan beladiri Aikido dalam mempermainkan tenaga lawannya hingga jatuh bangun dibuatnya?
Pada beberapa aliran silat, konsep mengalirkan tenaga lawan bukanlah sesuatu yang aneh. Kita ambil contoh pada beberapa aliran Silat Sunda teknik buang kelid atau piceunan (dalam bahasa Sunda) sudah merupakan teknik dasar yang harus dimiliki dalam silat ini.
Contohnya pada aliran silat Cikalong, memanfaatkan tenaga lawan akan menghasilkan hasil yang lebih efektif dibandingkan dengan mengadu tenaga dengan lawan. Dengan menangkis serangan lawan misalnya. Apalagi kalau ukuran badan dan tenaga lawan sangat besar dan tidak mungkin ditandingi dari segi tenaga.
Dalam silat ini kita ditunjukkan cara menghindari teknik kuncian tangan dengan cara cikalong. Caranya adalah dengan mengikuti tenaga lawan dan merapatkan lengan ke badan tanpa memberikan tenaga tolakan. Otomatis kuncian tangan dapat dilepaskan meski yang mengunci lebih besar tenaganya.
Teknik seperti ini dikenal dengan istilah isi-kosong (eusi-kosong), dimana sebagai pesilat dapat mengetahui kapan harus dilawan dengan tenaga dan kapan diberi tenaga kosong. Sepertinya konsep ini juga dianut oleh aliran lain seperti Aikido. Semakin terasah rasa kita ketika mengetahui kapan tenaga lawan habis maka semakin sempurna kita berlatih tenaga eusi-kosong ini.
Salah satu syarat untuk melatih ini adalah dengan melatih jurus dengan cara menempel lawan atau bahasa Sundanya adalah ulin napel atau usik. Dengan semakin sering kita usik, akan semakin terlatih rasa kita dalam mengukur dan menyalurkan tenaga lawan dengan menggunakan tenaga isi dan kosong (eusi-kosong).
Hal lain yang perlu dilihat dalam pengaturan tenaga ini adalah kekuatan terbesar dalam tenaga adalah tenaga putaran (circle power). Ini bisa dilihat dalam setiap gerakan Aikido, dimana semua tenaga lawan akan dialirkan sesuai dengan tenaga putaran. Begitu tenaga lawan habis maka tibalah waktunya kita untuk menyerang balik.
Tenaga putaran ini tidaklah cukup dengan hanya memutar badan saja tetapi harus diimbangi dengan kelincahan gerak kaki yang sangat terlatih dalam menyalurkan tenaga lawan. Di dalam silat, teknik seperti ini sudah ada dan sangat familiar dilakukan di kalangan pesilat tradisional seperti terlihat bagaimana silek Sumatra (kumango atau silek tuo) melakukan gerakan putar yang sudah merupakan bagian dan ciri aliran ini. Sedangkan di penca (istilah silat di Sunda) sendiri setiap jurus maen po memiliki metoda untuk melatih langkah yang disebut dengan pancer.
Jadi dalam menyalurkan tenaga lawan, silat tidak kalah dengan beladiri lain bahkan jurusnya lebih kaya dari beladiri lainnya.
Sumber: silatindonesia.com
Oleh: Kiki Rizki Noviandi

artikel kebudayaan


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/2/2b/Angklung.jpg/200px-Angklung.jpgARTIKEL KEBUDAYAAN SENI MUSIK ANGKLUNG
Angklung adalah alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat, yang terbuat dari bambu, alat ini dibunyikan dengan cara digoyangkan bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran.

Asal muasal angklung
Dalam rumpun kesenian yang menggunakan alat musik dari bambu dikenal jenis kesenian yang disebut angklung. Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen (bambu berwarna putih). Macam-macam alat musik angklung, tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk batangan, setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Angklung merupakan alat musik yang berasal dari Jawa Barat. Angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berasal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke Bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan ganti tahun dipersembahkan permainan angklung.
Jenis-jenis angklung
Angklung tidak hanya terdapat satu macam saja tapi juga masih banyak macam-macam angklung yang lainya pada setiap daerah masing-masing. Seperti :
1.      Angklung Kanekes
Angklung di daerah Kanekes (kita sering menyebut mereka orang Baduy) digunakan terutama karena hubungannya dengan ritus padi, bukan semata-mata untuk hiburan orang-orang. Angklung digunakan atau dibunyikan ketika mereka menanam padi di huma (ladang).
2.      Angklung Dogdog Lojor
Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar Gunung Halimun (berbatasan dengan jakarta, Bogor, dan Lebak). Meski kesenian ini dinamakan dogdog lojor, yaitu nama salah satu instrumen di dalamnya, tetapi di sana juga digunakan angklung karena kaitannya dengan acara ritual padi.
3.      Angklung Gubrag
Angklung gubrag terdapat di kampung Cipining, kecamatan Cigudeg, Bogor. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk menghormati dewi padi dalam kegiatan menanam padi, mengangkut padi, dan menempatkan ke lumbung. Dalam mitosnya angklung gubrag mulai ada ketika suatu masa kampung Cipining mengalami musim paceklik.
4.      Angklung Badeng
Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi musikal dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama. Badeng terdapat di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut. Dulu berfungsi sebagai hiburan untuk kepentingan dakwah Islam. Tetapi diduga badeng telah digunakan masyarakat sejak lama dari masa sebelum Islam untuk acara-acara yang berhubungan dengan ritual penanaman padi. Sebagai seni untuk dakwah badeng dipercaya berkembang sejak Islam menyebar di daerah ini sekitar abad ke-16 atau 17.